Rauman suara bis has terdengar
sedikit melengking melawan terjalnya bebatuan, menyusuri jalan yang miringnya
hampir 70 derajat. Sang sopir pokus pada setang bis yang manja, yang minta
harus dipegangi. Pak aji sapa akrabnya, beku dalam canda tawa yang semakin liar
dilempar para penumpang bis. Biasa gaduhnya mahasiswa. Cerita mulai jepitan
rasa jenuh mengerjakan skripsi, laporan dan tugas-tugas kampus.
Namun, lakon siang itu menjebak
saya untuk terlibat dalam ritme tujuan piknik teman-teman selepas menuntasi
kegiatan pelatihan menulis pices di desa wakan jerowaru lombok timur.
Kalau boleh jujur bukan niatan
piknik jadi ambisi hari itu. Sebenarnya ada magnet yang namanya perempuan
memaksa saya harus terpojok dalam pengakuan “memang karena dia”. Dia biasa,
sederhana, namun ada aura-nya yang membuat saya kepincut dalam perasaan mengaku
saya telah melalui lepel suka, kini dalam proses mempertahankannya di lepel
mencintainya dan tinggal satu lepel mengharap dia yang terbaik dalam hidup
saya…
wee, kayak game romeo end juliet….jangan
sampai over lood dah…hee… yang penting usaha…
setop…itu urusan saya….(meniru gaya
loyer dalam menjual gaya jasanya)
Kembali ke bus, jalan yang tidak
mulus membuat sedikit haus…tapi maknyus…..(mengutip kata mahsus)….saya tidak
nyangka nyampai di pantai pink yang di lo-lo-kan
para penggemar wisata, tapi tetap lah saya harus katakan apa “konsekuensinya”.
“Mantap”, mengutip kata
ahyar…sebagai eksperesi saya terhadap kondisi pantai pink yang eksotis…menawan
dan menakjubkan. Setelah tubuh ini mendarat dipantai pink itu. Ruang-ruang
ketenangan menguak…
Hamparan pasir yang putih ke
pink-pink-an saat air laut mengibas ke bibir pantai, menjoroknya lautan yang
biru mengayun-ayaun perahu nelayan dengan manja. Tiupan angin menggiring
suasana adem ala pantai, hijaunya tumpumpukan tanah yang mengendap dipermukaan
laut nan biru terus menggerus kekaguman ku pada kuasa-Nya…
Post a Comment