Munir, pahlawan HAM yang terbunuh
dengan gaya misterius. Di saat kebagian dia terima untuk melanjutkan setudi ke
belanda, lalu dihantam dengan duka, cucuran air mata medalam meratapi
kepergiannya untuk selama-lamanya. Tapi itulah negeri ini medramatisir
anak-anaknya yang berani, tegas dan pantang menyerah membenah jantung negerinya
dari kengerian permainan para elit-elit yang tak mengerti hati nurani
rakyatnya.
Dikisah filem kiri hijau kanan
merah itu terekam jejak kegigihannya mempertahankan dan memperjaungkan kebenaran.
Lalu diskusi terekam ramah, malam
minggu di suasanya remang lapangan hijau IAIN Mataram itu saksi bisu akan
pemutaran filem kiri hijau kanan merah meski terlambat. Namaun, modal pernah
nonton sebelumnya dirumah salah seorang senior tidak mengaburkan ingatan. Dan
malam itu pun diskusi terpecah, garang suara para para peserta dan pembanding
atau pengkaji. Saya hanya diam dalam tapakur mendengarkan.
Saya ambil aja dua kata teman yang
amat menyentak sekaligus menggelitik. Sebut saja samarannya C dan T….
Si C semangat pingin medermakan
hidupnya seperti munir tidak gentar dengan resiko yang mungkin lebih dari kasus
teragis kematian munir…teman itu tubuhnya ramping, semangatnya menggelora,
ambisinya semakin kentara lalu pertanyaannya…akan kah dia siap dengan
omongannya malam itu? Jangan ASBUN alias Asal Bunyi…kayak beo..
Lalu si T, bicaranya landai. Namun menohok
menafikan bahwa rekam jejak atas filem munir tersebut jangan-jangan hanya
kebohongan belaka untuk menyembunyikan wajah asli para akedemisi, politisi,
praktisi dan teknokrasi jaman sekarang yang hanya berkoar-koar dan garang saat
mereka lapar, lalu diam disaat dibungkam dengan uang…..
Teman-teman…itu lah dinamika negeri
yang buka-bukan seperti dalam buku ontologi opini Lembaga Pers Mahasiswa Rok’yuna
tempo lalu…hee...
Post a Comment